Friday, November 24, 2006

GMKI DAN NEOLIBERALISME

Periode 2004-2006: Fase Wacana dan Institusionalisasi

Oleh: Sylvester Ndaparoka, SP *)

NEOLIBERALISME (Neolib) adalah isu strategis yang menjadi perhatian semua elemen civil society secara global dan nasional-Indonesia, termasuk GMKI. Hasil Kongres ke-29 di Pemantang Siantar dalam Garis Besar Program dan Kebijakan Umum Organisasi mengamanatkan GMKI untuk meresponi secara serius akan isu strategis ini. Kongres ke-30 ini juga masih mengagendakan Neolib sebagai isu kunci dan hal ini kembali ditegaskan oleh Ketua Umum PP GMKI (Bung Kenly Poluan, S.Pd), Ketua Umum Panitia Nasional Kongres 30 (Bung Drs. Ibrahim A. Medah) dan Sekretaris Umum Panitia Nasional Kongres 30 (Usi Dra. Yaherlof Jacob-Foeh) dalam Talk Show interaktif TVRI Kupang pada hari Jumat (3/11).

Dari pengamatan cabang dan PP, telah menerjemahkan Neolib secara beragam. Misalnya: (a) Neolib menjadi materi-standar dan muatan baru dalam pelaksanaan kaderisasi anggotadi aras cabang. Misalnya di Cabang Kupang, Waingapu, Salatiga, Makassar, Jakarta, Medan, Papua adalah contoh cabang yang diketahui. (b) menjadi bahan study dan diskusi yang serius di tingkat komisariat, BPC, PP maupun lembaga-lembaga bentukan GMKI. Dari 2 model penerjemahan ini sebenarnya memberikan kesimpulan sementara bahwa Neolib telah menjadi wacana. Neolib baru dijadikan perspektif baru berprogram di GMKI. Atau dalam kalimat “Kaderisasi” bisa disebutkan bahwa Neolib telah memasukki ranah knowledge para kader GMKI setanah air selama 2 tahun terakhir.

Sikap Gereja: sudah selangkah ke depan. Gereja di Indonesia seperti GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor) dalam beberapa study internalnya yang difasilitasi oleh Litbang GMIT telah pula menelurkan perjuangan konkrit atas berkenan dengan globalisasi dan Neolib. Adapun nilai-nilai yang diperjuangkan GMIT, Ekonomi dan Globalisasi adalah (1) Perdagangan yang saling menguntungkan dengan menghilangkan eksploitasi ekonomi, (2) Menciptakan sebuah sistem dan mekanisme perdagangan yang adil, (3) Mewujudkan keberpihakan yang nyata terhadap jemaat-jemaat, warga masyarakat/kelompok pinggiran yang marjinal, (4) Mengusahakan terciptanya keseimbangan yang sehat antara sistem ekonomi yang berbeda-beda.

Akhir-akhir ini isu ini kian kuat dalam gerejam bahkan dalam pertemuan Dewan Gereja-gereja se-Dunia termasuk PGI adalah “memerangi” Neolib. Hal ini bisa dibaca dengan jelas dalam dokumen yang terkenal AGAPE (Alternative Globalization Addressing People and Earth) inti komitmen dan Doa Gereja ini adalah pengambilan langkah aksi setelah bergumul dalam wacana dan empirisme Neolib. Ini konsolidasi gerakan gereja yang luar biasa dan memiliki kekuatan Doa.


Periode 2006-2008: Fase Aksi Konkrit dan Penyatuan Kekuatan

Momentum Kongres 30 ini di Kupang, menjadi strategis GMKI untuk menyatakan sikap dan konsistensinya berkenan dengan Neolib. Artinya kalo periode kemarin adalah periode konsolidasi wawasan tentang Neolib maka periode kali ini adalah masa untuk konsolidasi aksi. Keputusan kongres berkenan dengan Neolib dalam rumusan GBPKUO adalah cara terbaik. Komitmen cabang-cabang menjadi penting untuk “mensepakati” bahwa GMKI perlu konsolidasi gerakan aksi pelayanan memerangi Neolib. Gerakan Anti Neolib perlu menjadi “arus-utama” program GMKI se-tanah air. (Wilson Therik)

*) Penulis, Korwil VII PP GMKI Masa Bakti 2002-2004, Ketua Bidang Organisasi BPC GMKI Kupang Masa Bakti 2000-2002.

No comments: