Monday, November 27, 2006

Misionaris Brasil Tewas Dibunuh di TL

Syallomdailynews - Seorang missionaris Protestan asal Brasil, Edgar Goncalves (32) tewas dibunuh di Dili, Timor Leste.

Korban ditusuk sekelompok orang tak dikenal di depan Kedutaan Besar Australia, Fatu-Hada, Dili Barat, Minggu (19/11) malam. Pembunuhan terhadap warga asing itu merupakan pertama kali sejak terjadinya krisis politik di Timor Leste pada Mei lalu.

Sementara itu, Senin (20/11) pagi, ditemukan seorang pria berbadan kekar dalam kondisi tidak bernyawa. Korban yang bernama Jose Halimesak itu ditemukan di samping kanan pintu gerbang Kantor Pusat CCF (Commite Central Fretilin) atau depan rumah Ahmad Alkatiri.

Bukan hanya itu, seorang warga dikabarkan tewas dalam aksi baku lempar antara pengungsi Obrigado Barak dan warga dari luar kamp pengungsian. Aksi baku lempar yang terjadi tak jauh dari Markas Besar UNMIT itu menodai aksi damai yang diprakarsai massa pemuda beberapa waktu lalu.

Perdana Menteri (PM), Jose Ramos Horta merasa sedih dan marah ketika mendapat laporan tentang kematian Missionaris Edgar Goncalves Brito. “Saya sangat sedih mendengar berita pembunuhan missionaries Edgar Goncalves Brito. Saya sudah kontak Duta Besar Brasilia, Antonio Jose e Silva untuk menyampaikan duka cita dan belasungkawa yang mendalam, baik dari saya, pemerintah dan rakyat Timor kepada keluarga Brito dan kawan-kawannya, termasuk masyarakat Brasil,” kata Horta di Dili, Senin kemarin.

Horta juga mengatakan bahwa adik perempuan korban, Elizama Goncalves Brito yang bertugas sebagai petugas medis di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (RSNGV) Dili menjadi saksi hidup pembunuhan sang kakak. Menurut Horta, kasus itu sedang dalam proses investigasi pihak otoritas setempat.

Edgar Goncalves Brito adalah seorang missionaries Protestan yang mengajar bahasa Portugis dan melakukan misi sosial di distrik Viqueque. Aktivitas yang dilakukan Edgar Brito di Timor Leste sebagai symbol hubungan kerjasama yang baik antara Timor Leste dan Brasil.
Kriminal Murni

Sementara itu, seorang perwira militer Australia berpangkat mayor yang enggan disebut jati dirinya dalam koran ini mengatakan kasus pembunuhan warga Distrik Bobonaro di Komoro dan pembunuhan missionaries Edgar Goncalves Brito adalah murni kriminal. “Ini bukan kasus lorosae-loromonu. Maaf saya tidak bisa memberikan keterangan detail karena ini adalah tugas polisi. Saat ini polisi sedang melakukan investigasi di TKP (Tempat Kejadian Perkara),”ujarnya.

Wakil UNMIT, Eric Tan Huck Gim dalam jumpa persnya di Markas UNMIT, Kaikoli, membenarkan adanya penemuan mayat di Komoro. “Kami baru menerima dua laporan tentang pembunuhan terhadap seorang pria di Komoro dan seorang warga Brasil di Bidau. Kedua kasus itu masih dalam investigasi,” katanya.

Acting Komisaris UNPOL Chief Superintendente Emir Bilget mengatakan untuk menurunkan aksi kekerasan di Kota Dili, polisi PBB dalam waktu singkat akan mendirikan lima pos baru masing-masing di Fatu Hada, Bebonuk, Manleuana, Matadoru, dan Tasi Tolu. Ia menambahkan konstruksi pos polisi UNPOL itu masih dalam pembangunan. Karena itu, pihaknya untuk sementara hanya melakukan patroli.
Dijemput

Berdasarkan keterangan yang dihimpun media ini di TKP (Tempat Kejadian Perkara) menyebutkan Minggu malam, dua pemuda mendatangi rumah Jose Malimesak dan mengajaknya keluar sebentar. Namun, hingga pagi hari korban belum juga kembali ke rumahnya. Tidak ada firasat buruk pada keluarga korban karena orang-orang yang mengajak korban mengaku temannya. Bahkan anak korban mengenal baik dua pemuda itu.

Mula-mula ayah delapan anak itu dilihat para siswa SMU 10 Desember dan warga setempat. Akhirnya, dalam waktu singkat berita itu tersebar di seluruh wilayah kota Dili. Kabar itu secepatnya dilaporkan kepada polisi PBB.

Banyak kalangan mengutuk perbuatan itu karena menodai aksi damai yang digelar massa pemuda beberapa waktu lalu. Namun, kalangan pemuda yang menginginkan kedamaian tidak ingin terpancing dengan kejadian itu. Mereka mengutuk perbuatan itu dan meminta kepada pihak berwenang untuk mengusut kasus tersebut hingga tuntas.

Xefi Aldeia Aimutin, Higinio da Costa Nunes menuturkan bahwa dirinya terkejut saat mendengar kabar bahwa salah seorang warga Aimutin tewas di dekat Merkado Comoro. Ia pun langsung menuju ke TKP untuk melihatnya dengan mata kepala sendiri. Ternyata, begitu dilihat bukan warga Aimutin, tetapi tetangga. Ia juga meminta kepada pemuda Aimutin untuk tidak terpancing dengan aksi itu.
“Lambat-laun para pelaku akan ditangkap polisi PBB karena pelaku dikenal baik oleh anak korban,” katanya. (STL/rudy riwukaho)






No comments: