Monday, November 27, 2006

Rektor Pemimpin Bukan Pengajar

Oleh: Prof.Dr. Usman Pelly, M.A **)

Akhir-akhir ini di Sumatera Utara terjadi banyak pergantian pimpinan universitas yaitu pemilihan rektor baru. Seperti biasa setiap pergantian pimpinan (suksesi), situasi dan kondisi masyarakat kampus di universitas tersebut menghangat, karena mereka terlibat dengan pembicaraan dan pemikiran siapa tokoh yang paling cocok dan pantas untuk diajukan dan dipilih sebagai rektor baru. Hal itu wajar-wajar saja.

Kedudukan seorang Rektor, apalagi rektor suatu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sangat prestis (pestigous), karena tokoh rektor di Indonesia sangat dihormati masyarakat di dalam dan di luar kampus. Oleh karena itu, pengangkatan seorang rektor PTN setelah diajukan oleh Senat Universitas, dipertimbangkan oleh Mendiknas dan kemudian diangkat langsung oleh Presiden. Kedudukan rektor PTN secara struktural adalah eselon IA (sama dengan kedudukan seorang direktur jendral). Malah di beberapa negara, seperti di Mesir, kedudukan Rektor Al-Azhar umpamanya setingkat dengan kedudukan seorang Perdana Menteri, sehingga apabila beliau ke luar negeri negara yang dikunjunginya harus membentang karpet merah menyambutnya, sesuai dengan tata protokoler kunjungan seorang perdana menteri.

Apa tugas utama seorang rektor? Seorang rektor adalah seorang pemimpin, seorang manager atau seorang administrator. Berbeda dengan rektor, seorang staf pengajar (academic staff) atau biasanya juga disebut dosen, dia adalah seorang akademisi, yang bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan di perguruan tinggi. Top carrier (karir tertinggi) seorang dosen di perguruan tinggi adalah guru besar (profesor), bukan rektor. Seperti juga top carrier seorang PNS di Pemda adalah Sekretaris Daerah (Sekda) bukan bupati atau gubernur. Karena bupati dan gubernur adalah jabatan politis, siapa saja mungkin dapat jadi bupati atau gubernur asal dia memiliki dukungan politis, apakah dia berasal dan seorang preman, pebisnis, anggota TNI/Polri atau tokoh partai politik, tetapi tidak demikian dengan seorang Sekda, dia harus seorang PNS karir. Seorang rektor adalah kepala administratur atau top manager sebuah perguruan tinggi, walaupun dia adalah penanggung jawab utama sebuah universitas, tetapi di bidang akademik, rektor harus menghormati otonomi akademik.

Rektor tidak dapat mencampuri secara langsung urusan akademik, karena urusan itu adalah ranah (domain) para guru besar bersama Ketua Jurusan/Prodi atau Kepala Laboratorium. Karena itu, Ketua Jurusan (Head of Department) atau Kepala Laboratorium, seharusnya seorang profesor. Rektor berkewajiban menyediakan atau memfasilitasi semua keperluan atau kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi itu. Kenaikan pangkat atau jabatan seorang dosen tidak ditentukan oleh rektor, tetapi oleh kinerja dosen itu sendiri dan evaluasi teman-sejawat serta profesor yang bergerak dalam ilmu itu. Rektor dan perangkatnya hanya memfasilitasi keperluan, kebutuhan dan memproses kenaikan pangkat tersebut.

Penjaringan seorang calon rektor di luar negeri, terbuka (seperti sistem lelang), siapa saja dapat mencalonkan diri, tidak terbatas pada staf akademik yang ada di perguruan tinggi ybs. Sistem ini telah dijalankan pula oleh universitas-universitas BHMN, seperti UI, ITB dan Gadjah Mada. Mereka mencari seorang pemimpin bukan seorang staf pengajar (dosen), mereka mencari seorang manager atau administrator yang handal bukan tenaga edukatif. Oleh karena itu Yasser Arafat misalnya (sebenarnya dia seorang ingineer lulusan PT terkenal), sebelum dia dipilih sebagai Ketua PLO atau Presiden Palestina, pernah menjadi calon kuat rektor sebuah universitas terkemuka di Inggris. Di Indonesia, tradisi menjaringan calon rektor seperti ini belum ditradisikan oleh sebahagian besar universitas, termasuk Unimed (Universitas Negeri Medan).

Di Unimed penjaringan calon rektor masih terbatas dari lingkungan staf pengajar. Oleh karena itu banyak orang tidak melihat perbedaan tugas seorang pemimpin (administrator) dengan seorang staf pengajar (akademisi). Malah dianggap siapa saja yang sudah profesor sudah kualified jadi rektor. Banyak yang merasa di Unimed seperti juga di PTN lainnya bahwa top karir seorang dosen itu bukan profesor tetapi rektor. Padahal jabatan guru besar itu dari segi akademik sangat penting dan prestis, sama prestisnya dengan seorang rektor. Tetapi karena penghasilan dan fasilitas yang diberikan kepada rektor dianggap sangat berlimpah (hal ini sangat disesalkan) dibandingkan dengan seorang profesor, maka orang tetap mengejar jabatan rektor, walaupun jabatan itu akan menguras kapasitasnya sebagai seorang akademisi.

Banyak profesor yang tidak punya penelitian yang cemerlang dan juga tidak punya publikasi ilmiah, baik pada tingkat nasional atau internasional, sehingga dia hanya dikenal di seputar kampusnya saja. Kalau diundang dalam pertemuan internasional, banyak yang menghindar untuk datang, karena banyak yang "sakit gigi" (tidak lancar berkomunikasi dalam bahasa asing). Sesudah pensiun dia dilupakan orang, karena waktunya telah terkuras selama memegang jabatan guru besar itu dalam jabatan-jabatan struktural seperti dekan, PR atau, rektor dan lain-lain. Karena itu pula banyak profesor di luar negeri, yang menolak apabila ditawari jabatan struktural, apakah dekan atau rektor, karena jabatan-jabatan itu tidak sejalan dengan karirnya sebagai seorang profesor (akademikus).

Bulan ini di Unimed akan di lakukan pemilihan seorang rektor, karena jabatan rektor priode yang dipegang oleh Prof. Djanius Djamin akan segera berakhir. Kami yakin anggota Senat Unimed mengerti dan memahami benar bahwa mereka akan memilih seorang pemimpin seorang, administratur universitas, bukan seorang staf pengajar atau dosen. Dosen yang kualified itu adalah seorang yang telah menyandang jabatan dan gelar Prof, Doktor, tetapi kualifikasi utama seorang pemimpin (Kepala Administratur Perguruan Tinggi) itu bukan Prof, Doktor itu, tetapi adalah seorang yang mampu mengayomi masyarakat kampus, menjalankan, memfasilitasi dan memutar roda perguruan tinggi sesuai dengan visi dan misinya. Kualifikasi ini dapat dilihat dari track-rekord (pengalaman) seseorang yang akan diajukan sebagai calon rektor.

Kalau kualifikasi seorang calon rektor yang akan menjadi pemimpin itu, kebetulan bergelar profesor, doktor, maka itu adalah calon yang paling ideal, karena dia memiliki sekaligus dua kapasitas (kepemimpinan dan "academic standing"). Akan tetapi kalau dia belum profesor, doktor pun tidak atau bukan masalah, karena tujuan utama dalam pemilihan rektor ini adalah memilih seorang pemimpin, seorang leader atau seorang kepala administratur perguruan tinggi bukan seorang tenaga edukatif (dosen).

*) Penulis adalah Tokoh Pendidikan Nasional

**) Dikutip dari : WASPADA Online Eds 6 Nop 2006



BANGUNLAH EMBUNG UNTUK KEMARAU PANJANG

Oleh: Viktor Siagian *)

Musim kemarau tahun ini memang luar biasa dan sudah mendekati kondisi El Nino tahun 1997. Seharusnya pada Oktober, hujan sudah mulai turun, tapi ternyata hanya di beberapa daerah saja. Dampak dari kemarau panjang ini tentu merugikan secara ekonomi, banyak petani yang gagal panen, baik tanaman padi sawah, palawija, dan tanaman perkebunan.

Sebanyak 50 000 ha sawah diperkirakan kekeringan (drought) dan puso dengan kerugian Rp 1 triliun. Musim tanam Oktober Maret (musim penghujan) akan mundur ke November atau Desember.

Walaupun sebenarnya hal ini sudah berlangsung sejak tahun 1997 akibat pergeseran iklim, petani lebih banyak menanam padi pada November/Desember. Jika dulu bulan yang berakhiran ber pasti konotasinya akan banyak turun hujan, saat ini belum tentu demikian.

Dampak ini juga berpengaruh besar terhadap produksi peternakan kita, terutama sapi yang memerlukan rumput dan air untuk kehidupannya, sapi menjadi kurus, berat karkas menjadi berkurang. Demikian juga usaha kolam ikan air tawar, banyak ikan yang mati karena kolam yang mengering. Banyak penduduk di pedesaan dan kota yang saat ini kesulitan mendapatkan air.

Kekeringan ini juga menyebabkan rentannya terhadap kebakaran lahan dan hutan, cukup dengan membuang puntung rokok lahan semak, kebun karet dan hutan akan terbakar. Apalagi di daerah lahan gambut yang sudah direklamasi sangat rawan terbakar karena kemampuan memegang airnya sangat rendah.

Dampak lainnya dari kemarau panjang ini adalah debit air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di seluruh Indonesia menurun drastis sehingga kesulitan untuk memutar turbin. Hampir di seluruh Indonesia terjadi pergiliran pemadaman listrik.

Tentunya semua ini akan merugikan negara secara ekonomi. Banyak pabrik-pabrik yang tidak beroperasi, kantor-kantor pemerintah/swasta yang lumpuh, apalagi bagi pelajar/mahasiswa hal ini tentunya akan mengganggu konsentrasi belajar.

Bangunlah Embung

Tapi di atas semua ini, kita masih memiliki harapan untuk mengatasi kemarau panjang ini. Kemarau panjang adalah gejala alam yang sangat sulit kita hindari. Kita hanya dapat meminimalkan dampak kemarau melalui teknologi dan keunggulan sumber daya alam yang kita miliki.

Daerah-daerah yang memiliki danau kecil seperti lebung (daerah cekungan di daerah rawa), situ dan embung (semacam waduk kecil) umumnya masih lebih bisa bernafas dibanding yang tidak memiliki. Minimal penduduk bisa memperoleh akses untuk minum, mandi, cuci, dan kakus (MCK).

Situ-situ yang banyak dibangun oleh Belanda di sekitar Jabotabek maupun Jabar sebenarnya berguna untuk MCK dan pertanian pada musim kemarau. Pada musim hujan situ ini juga berguna sebagai pencegah banjir. Hanya sekarang situ-situ itu sudah mulai banyak yang berubah fungsi.

Embung ini dapat berukuran 0,5 ha dan dasarnya dapat dilapisi plastik tebal agar air tidak terhisap (terinfiltrasi) oleh tanah dan biayanya juga relatif murah, bisa dibangun dengan cara gotong royong. Air hujan ini dapat ditampung dalam satu wadah seperti situ, embung, untuk selanjutnya dimanfaatkan pada musim kemarau.

Jadi air tersebut tidak terbuang sia-sia ke laut, atau habis karena penguapan (transpirasi), terserap oleh tanah (infiltrasi). Karena menurut ahli hidrologi, neraca air di Indonesia umumnya positif artinya jumlah air yang disuplai baik oleh air hujan, sungai, danau masih lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Ada tiga cara untuk mengatasi kemarau panjang ini: Pertama, membangun embung. Daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi pada musim hujan (Jabar, Sumsel, Bengkulu, NTT, dsb) sangat memungkinkan untuk dibangun embung untuk gudang air pada musim kemarau.

Jumlah embung ini tergantung dari kebutuhan yang kita perlukan. Padi sawah misalnya memerlukan 6.000-12.000 m3 air/ha/musim tanam, manusia memerlukan berkisar 30-50 liter/hari untuk minum dan MCK, demikian juga ternak, ikan air tawar, dsb.

Reboisasi

Kedua, tentunya adalah melalui cara alami yang sudah diajarkan oleh nenek moyang kita, yaitu menanam kembali hutan kita yang sudah rusak. Hutan adalah penampung air yang paling andal, jumlah air yang menguap melalui tanaman dan permukaan tanah (evapotranspirasi) dapat diatur oleh ekosistem hutan.

Andaikan hutan kita masih utuh seperti tiga dekade lewat, niscaya dampak negatif dari kemarau panjang dapat kita atasi. PLTA-PLTA tidak akan mengalami kekurangan air pada musim kemarau, sungai tidak akan mengering karena hutan memiliki daya menyimpan air yang tinggi.

Luas hutan kita saat ini tinggal 110 juta ha, berkurang 28 % dibandingkan dengan 10 tahun lewat. Daerah-daerah Aliran Sungai (DAS) kita sudah banyak yang rusak sehingga terjadi kekeringan pada MK dan banjir pada MH. Jika nanti Musim Hujan tiba, kita harus siap menerima bencana lain yakni banjir dan longsor.

Eksploitasi hutan yang berlebihan terutama untuk tujuan ekonomi berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistim kita. Reboisasi, dan pelestarian hutan sangat kita perlukan saat ini agar generasi mendatang dapat menikmati hidup yang lebih baik.

Ketiga, adalah dengan melakukan penghematan penggunaan air baik untuk MCK maupun pertanian. Gerakan hemat air ini sebenarnya sudah dicanangkan lebih dari satu dekade lewat, tapi saat ini gaungnya tidak terdengar. Jika ini berhasil, penurunan debit air pada musim kering di PLTA dapat dikurangi.

Target kita untuk mencapai swasembada pangan pada tahun 2007 tentu harus dikaji ulang, mundurnya jadwal tanam akan berpengaruh terhadap pola tanam, daerah yang biasa ditanami padi tiga kali setahun tentunya akan sulit tercapai tahun ini.

Demikian juga dengan tanaman ketiga (musim kering tahap kedua) yang biasanya adalah palawija atau sayur-sayuran akan tidak tertanami tahun ini. Dampak dari menurunnya produksi ini sudah dapat dirasakan dengan naiknya harga-harga kebutuhan bahan pokok.

Jadi kebutuhan pangan kita akan terganggu tahun ini. Pastinya sulit mencapai produksi yang sama dengan tahun 2005, yakni 54,6 juta ton gabah. Kita harus siap mengimpor beras dan komoditi pangan lainnya, tidak perlu alergi, dan jangan dijadikan polemik atas nama petani.

Karena saat ini pun kita harusnya mengimpor beras karena harga beras (Rp 4.500 - Rp 5.000/kg) sudah di atas jangkauan kemampuan masyarakat.

*) Penulis alumni IPB, peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumsel, Badan Litbang Deptan, Palembang (Dikutip dari Sinar Harapan Eds, 27 Nop 2006)

Hymne GMKI

Oleh: Wilson M.A. Therik

JUDUL di atas mungkin terkesan aneh buat sebagian besar anggota GMKI periode 1980-an hingga saat ini, karena yang mereka kenal hanya satu yakni Mars GMKI sekalipun tidak semua anggota bisa melagukannya dengan baik. Mars GMKI memang sering dilagukan pada setiap upacara organisasi dan acara seremonial GMKI lainnya.

Hymne GMKI? Penulis sangat yakin bahwa banyak sekali anggota pergerakan yang tidak mengetahui bahwa sesungguhnya GMKI juga memiliki Hymne, kalau-pun ada penulis yakin hanya sebatas mendengar cerita dari para senior GMKI.

Secara organisasi penulis berpendapat bahwa GMKI telah melanggar Keputusan Kongres Nasional ke-12 Tahun 1970 di Kupang di mana saat itu-lah Hymne GMKI lahir dan ditetapkan melalui sebuah Surat Keputusan Kongres. 36 Tahun kemudian di mana Kupang kembali dipercaya menjadi tuan rumah Kongres Nasional GMKI ke-30 Tahun 2006 atau Kongres Nasional GMKI yang ke-2 yang digelar di Kupang setelah tahun 1970, Hymne GMKI kembali dikumandangkan pada acara pembukaan Kongres Nasional GMKI ke-30. Keberlanjutannya? ... Semuanya kembali kepada insan GMKI terutama kepada Pengurus Pusat dan BPC GMKI se-Tanah Air untuk melagukan lagi Hymne GMKI agar dapat bersanding kembali dengan Mars GMKI.


Hymne GMKI

4/4 Syair = Daniel Lengkong

F = do Lagu = Abdallah Lengkong

Maestoso – khidmat


Jauh diangkasa terdengar semboyanmu

Marilah bersaksi yang mendengar panggilanNya

Ut Omnes Unum Sint agar Satu adanya

bawalah FirmanNya ke s’luruh bumi ini

Panji Kristuslah yang serta

Pelambang ikhlas rela berkorban

Injil yang kudus dasar kita

Berkat Kristuslah nyata dan terwujud

dalam sepanjang hidupmu

Oleh kasihnya yang termulia

Reff

Kuduslah Allah

GMKI Jaya

Kuduslah Allah

GMKI Jaya

Semoga opini singkat ini bisa membangkitkan kembali semangat pergerakan GMKI tidak hanya dengan semangat Mars GMKI tetapi juga dengan kekhidmatan Hymne GMKI. Bangkitlah menjadi taruk bagi bangsa.

Ut Omnes Unum Sint.

Dua orang Polisi Nasional Timor Leste (PNTL) sedang membantu dua orang polisi PBB mengangkat jenazah seorang pria asal Bobonaro yang dibunuh orang tak dikenal di Komoro, Minggu (19/11) malam. FOTO: STL/Antonio Dasiparu

Misionaris Brasil Tewas Dibunuh di TL

Syallomdailynews - Seorang missionaris Protestan asal Brasil, Edgar Goncalves (32) tewas dibunuh di Dili, Timor Leste.

Korban ditusuk sekelompok orang tak dikenal di depan Kedutaan Besar Australia, Fatu-Hada, Dili Barat, Minggu (19/11) malam. Pembunuhan terhadap warga asing itu merupakan pertama kali sejak terjadinya krisis politik di Timor Leste pada Mei lalu.

Sementara itu, Senin (20/11) pagi, ditemukan seorang pria berbadan kekar dalam kondisi tidak bernyawa. Korban yang bernama Jose Halimesak itu ditemukan di samping kanan pintu gerbang Kantor Pusat CCF (Commite Central Fretilin) atau depan rumah Ahmad Alkatiri.

Bukan hanya itu, seorang warga dikabarkan tewas dalam aksi baku lempar antara pengungsi Obrigado Barak dan warga dari luar kamp pengungsian. Aksi baku lempar yang terjadi tak jauh dari Markas Besar UNMIT itu menodai aksi damai yang diprakarsai massa pemuda beberapa waktu lalu.

Perdana Menteri (PM), Jose Ramos Horta merasa sedih dan marah ketika mendapat laporan tentang kematian Missionaris Edgar Goncalves Brito. “Saya sangat sedih mendengar berita pembunuhan missionaries Edgar Goncalves Brito. Saya sudah kontak Duta Besar Brasilia, Antonio Jose e Silva untuk menyampaikan duka cita dan belasungkawa yang mendalam, baik dari saya, pemerintah dan rakyat Timor kepada keluarga Brito dan kawan-kawannya, termasuk masyarakat Brasil,” kata Horta di Dili, Senin kemarin.

Horta juga mengatakan bahwa adik perempuan korban, Elizama Goncalves Brito yang bertugas sebagai petugas medis di Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (RSNGV) Dili menjadi saksi hidup pembunuhan sang kakak. Menurut Horta, kasus itu sedang dalam proses investigasi pihak otoritas setempat.

Edgar Goncalves Brito adalah seorang missionaries Protestan yang mengajar bahasa Portugis dan melakukan misi sosial di distrik Viqueque. Aktivitas yang dilakukan Edgar Brito di Timor Leste sebagai symbol hubungan kerjasama yang baik antara Timor Leste dan Brasil.
Kriminal Murni

Sementara itu, seorang perwira militer Australia berpangkat mayor yang enggan disebut jati dirinya dalam koran ini mengatakan kasus pembunuhan warga Distrik Bobonaro di Komoro dan pembunuhan missionaries Edgar Goncalves Brito adalah murni kriminal. “Ini bukan kasus lorosae-loromonu. Maaf saya tidak bisa memberikan keterangan detail karena ini adalah tugas polisi. Saat ini polisi sedang melakukan investigasi di TKP (Tempat Kejadian Perkara),”ujarnya.

Wakil UNMIT, Eric Tan Huck Gim dalam jumpa persnya di Markas UNMIT, Kaikoli, membenarkan adanya penemuan mayat di Komoro. “Kami baru menerima dua laporan tentang pembunuhan terhadap seorang pria di Komoro dan seorang warga Brasil di Bidau. Kedua kasus itu masih dalam investigasi,” katanya.

Acting Komisaris UNPOL Chief Superintendente Emir Bilget mengatakan untuk menurunkan aksi kekerasan di Kota Dili, polisi PBB dalam waktu singkat akan mendirikan lima pos baru masing-masing di Fatu Hada, Bebonuk, Manleuana, Matadoru, dan Tasi Tolu. Ia menambahkan konstruksi pos polisi UNPOL itu masih dalam pembangunan. Karena itu, pihaknya untuk sementara hanya melakukan patroli.
Dijemput

Berdasarkan keterangan yang dihimpun media ini di TKP (Tempat Kejadian Perkara) menyebutkan Minggu malam, dua pemuda mendatangi rumah Jose Malimesak dan mengajaknya keluar sebentar. Namun, hingga pagi hari korban belum juga kembali ke rumahnya. Tidak ada firasat buruk pada keluarga korban karena orang-orang yang mengajak korban mengaku temannya. Bahkan anak korban mengenal baik dua pemuda itu.

Mula-mula ayah delapan anak itu dilihat para siswa SMU 10 Desember dan warga setempat. Akhirnya, dalam waktu singkat berita itu tersebar di seluruh wilayah kota Dili. Kabar itu secepatnya dilaporkan kepada polisi PBB.

Banyak kalangan mengutuk perbuatan itu karena menodai aksi damai yang digelar massa pemuda beberapa waktu lalu. Namun, kalangan pemuda yang menginginkan kedamaian tidak ingin terpancing dengan kejadian itu. Mereka mengutuk perbuatan itu dan meminta kepada pihak berwenang untuk mengusut kasus tersebut hingga tuntas.

Xefi Aldeia Aimutin, Higinio da Costa Nunes menuturkan bahwa dirinya terkejut saat mendengar kabar bahwa salah seorang warga Aimutin tewas di dekat Merkado Comoro. Ia pun langsung menuju ke TKP untuk melihatnya dengan mata kepala sendiri. Ternyata, begitu dilihat bukan warga Aimutin, tetapi tetangga. Ia juga meminta kepada pemuda Aimutin untuk tidak terpancing dengan aksi itu.
“Lambat-laun para pelaku akan ditangkap polisi PBB karena pelaku dikenal baik oleh anak korban,” katanya. (STL/rudy riwukaho)






Hillsong United Dukung Gerakan Doa Pemuda Global SHOCKWAVE


Kristiani Post - Youth pastor dari Hillsong Youth di Australia telah mengekspresikan dukungannya untuk peristiwa doa pemuda global mendatang yang didedikasikan untuk 200 juta umat Kristiani yang teraniaya.

"Saya hanya ingin mengatakan kalau kamu harus terlibat dalam SHOCKWAVE pada 2 Maret 2007," kata Phil Dooley Kamis lalu melalui siaran video. "Apa yang kami minta hanyalah agar semua orang berkumpul bersama dan berdoa bersama dengan kawan-kawan anda, di kelompok-kelompok pemuda kami, atau kamu sendiri.

"Hei, mari jadi orang yang serius mengenai iman kita dan membantu dan mendukung mereka yang berada dalam situasi sulit saat ini. Kita bisa melakukannya hanya dengan berkumpul pada 2 Maret untuk SHOCKWAVE dan berdoa dan percaya ombak goncangan akan keluar ke seluruh penjuru dunia kita dan berdampak dan menguatkan mereka yang imannya dalam pencobaan saat ini."

Ribuan orang di seluruh dunia akan berdoa untuk sekitar 200 juta orang Kristiani yang menderita karena iman mereka selama doa nonstop untuk dunia Muslim pada 2-4 Maret. Acara doa pemuda tiga hari itu diatur oleh Underground, ministry pemuda dari Open Doors dan akan menjadi tahun kelima bagi SHOCKWAVE.

"Saudara dan saudari kita sudah mengatakan kepada kita apa yang mereka butuhkan. Pertama, dan yang paling penting, mereka memohon kita untuk berdoa!" kata Brother Andrew, pendiri Open Doors dalam sebuah pernyataan.

"Hal itu sama dengan pelayanan saya yang sudah limapuluh tahun lamanya; kemanapun saya pergi untuk menguatkan saudara dan saudari kita, mereka selalu meminta doa…doa adalah bagian kritis dari pekerjaan Open Doors…doa menghubungkan kita dengan tubuh. Doa menolong kita mengidentifikasi mereka yang menderita dan berjuang sebagai orang Kristiani di saat-saat sulit. Doa membawa masalah-masalah ini menjadi satu sumber yang benar-benar dapat membawa perubahan," kata Brother Andrew.

SHOCKWAVE akan dimulai di Selandia Baru dan bergerak di sepanjang zona waktu dan "melewati halangan-halangan buatan manusia dan zona-zona buntuk, secara harafiah benar-benar menutupi dunia dalam doa," jelas Open Doors Inggris.

Remaja dari Selandia Baru, Australia, Indonesia, Afrika Selatan, Swiss, Italia, Norwegia, Kamerun, Rumania, Inggris Raya, Irlandia, Amerika Serikat dan Brasil berpartisipasi dalam SHOCKWAVE 2006. Di Perancis, sekitar 100 kelompok terlibat sementara di Namibia tiga sekolah berkumpul untuk berdoa dengan total 1.200 "pejuang doa".

"Doa benar-benar sangat dibutuhkan untuk negara-negara seperti Korea Utara, yang tetap teratas dari World Watch List Open Doors selama empat tahun berturut-turut," menurut rilis berita Open Doors Inggris. "Korea Utara diikuti Kerajaan Islam Arab saudi berada di tempat kedua sementara Iran, Somalia dan Maldives di belakangnya."

Menurut Open Doors Inggris, Irina Ratushinskaya, yang adalah tahanan di sebuah kamp penjara Soviet selama tujuh tahun, dia mengalami kekuatan langsung dari doa dan menulis: "Percayalah kepada saya, seringkali terjadi: dalam sel isolasi, pada waktu musim dingin tiba-tiba ada perasaan sukacita dan kehangatan - kata kasih yang tidak dapat diucapkan. Dan pada saat saya tidak bisa tidur, duduk menghadap sebuah tembok beku - seseorang mengingat saya dan memohon di hadapan Tuhan saya."

Phil Togwell, UK Base Leader dari 24-7 Prayer, memberi kesaksian: "Dalam kotak surat saya ada email dari seorang sahabat saya. Dia tinggal bersama istri dan kedua anaknya di sebuah negara yang sangat beresiko untuk mengakui kamu seorang Kristiani, dan dia meminta saya untuk berdoa. Mereka berusaha bertemu dengan orang Kristiani lain, tapi orang akan dipenjara kalau melakukan ini. Saya menemukan ini sangat sulit untuk dibayangkan, tapi itu sangat nyata, sangat nyata."

"Di penjuru dunia, umat Kristiani dipenjara dan dipukuli dan disiksa, dan bahkan dibunuh, hanya karena mereka mengasihi Yesus. SHOCKWAVE mengingatkan kita akan perlunya kita berdoa untuk Gereja Teraniaya, dan juga memperlengkapi kita dengan sesuatu untuk dilakukan. Saya mendorong kamu untuk ikut terlibat." Untuk informasi lebih lanjut kunjungi: www.odshockwave.org

(Jennifer Riley : Koresponden Kristiani Pos)